Hariantoday.com,Medan - Media Nasional CNBC hari Senin (29/1/2024) mengungkap laporan Media asal Inggris, Reuters berjudul " Indonesia awards presumed next president Prabowo rank of four-star general" serta media asal Amerika Serikat Associated Press (AP) yang menulis artikel berjudul " Indonesia's Widodo awards likely successor Prabowo with 4-star general rank ".
Kedua tulisan media asing tersebut sangat tendensius merespon kebijakan Jokowi yang memberikan pangkat Jendral kehormatan bintang empat ke Mentri Pertahanan Prabowo Subianto.
Selain media asing dari Inggris dan AS, Beberapa tokoh LSM lokal dan akademisi turut mengecam keputusan Presiden Joko Widodo yang memberikan gelar Jenderal Kehormatan kepada Prabowo Subianto, seperti Direktur Imparsial, Koalisi Masyarakat Sipil, akademisi Filsafat UGM Agus Wahyudi, serta organ aktivis lainnya.
Menyikapi penolakan dari Tokoh NGO serta laporan tendensius kedua media asing tersebut, Aktivis 98 Muhammad Ikhyar Velayati menunjukkan keheranannya.
" saya heran, sudut pandang media asing dengan para Tokoh LSM terkait pemberian pangkat kehormatan kepada Prabowo itu kok sama ya, apakah ini kebetulan atau memang ada kerjasama," ujar Ikhyar di Medan, Kamis (29/01/2024).
Menurut Ikhyar , bukan hanya isu pemberian gelar jendral kehormatan saja, tetapi banyak isu yang di Kampanyekan negara dan lembaga asing untuk menyudutkan Indonesia di Dunia Internasional justru di dukung oleh tokoh LSM lokal .
" banyak Tokoh LSM lokal dan aktivis, sadar atau tidak sadar telah menjadi kaki tangan asing, misalnya dalam isu sawit, mereka justru memberikan laporan rutin ke funding tentang isu Deforestasi, degredasi, pekerja anak, dan pelanggaran HAM yang membuat Indonesia kalah di sidang WTO, padahal isu ini hanya alat UE dan AS agar sawit kita tidak bisa masuk pasar Eropa," jelas Ikhyar.
Ikhyar menambahkan ," hal yang sama juga terjadi saat Jokowi melarang export nikel serta hilirisasi yang di tentang UE,AS dan tokoh NGO" ungkap Bung Kesper demikian akrab di sapa.
Ikhyar mengatakan seyogyanya para tokoh NGO maupun akademisi sadar bahwa penolakan dan kritikan negara dan lembaga asing tersebut merupakan bagian dari perang dagang
" Inikan sejatinya perang dagang, produk minyak nabati mereka seperti bunga matahari, kedelai, hingga jagung kalah bersaing dari sawit kita, dan berpotensi membuat perusahaan perkebunan mereka bangkrut, begitu juga dengan larangan export nikel bisa membuat perusahaan baja mereka tutup sehingga mengganggu stabilitas ekonomi - politik di negara UE dan AS, makanya mereka membuat black campaig tentang produk sawit dan nikel kita sekaligus menjaga pasar produk nabati dan baja mereka, harusnya mereka (LSM) tahu skenario culas negara asing tersebut," jelas Ikhyar. (Har/Ah)
0 Komentar